Sabtu, 02 November 2013

Akuntansi Biaya


KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA
A. Pendahuluan
            Akuntansi biaya merupakan bagian yang integral dengan financial accounting.
Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang merupakan alat manajemen dalam memonitor dan merekam transaksi biaya secara sistematis, serta
menyajikannya informasi biaya dalam bentuk laporan biaya. Biaya (cost) berbeda
dengan beban (expense), cost adalah pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan
untuk memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban (expense) adalah expired cost
yaitu pengorbanan yang diperlukan atau dikeluarkan untuk merealisasi hasil, beban
ini dikaitkan dengan revenue pada periode yang berjalan.
            Pengorbanan yang tidak ada hubungannya dengan perolehan aktiva, barang atau jasa dan juga tidak ada hubungannya dengan realisasi hasil penjualan, maka tidak digolongkan sebagai cost ataupun expense tetapi digolongkan sebagai loss.

B. Manfaat Akuntansi Biaya
            Tujuan atau manfaat akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu
informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu
untuk :
1. Perencanaan dan Pengendalian Laba. Akuntansi biaya menyediakan informasi
atau data biaya masa lalu yang diperlukan untuk menyusun perencanaan, dan
selanjutnya atas dasar perencanaan tersebut, biaya dapat dikendalikan dan
akhirnya pengendalian dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.
2. Penentuan Harga Pokok Produk atau Jasa. Penetapan harga pokok akan dapat
membantu dalam : (a) penilaian persediaan baik persediaan barang jadi maupun
barang dalam proses, (b) penetapan harga jual terutama harga jual yang
didasarkan kontrak, walaupun tidak selamanya penentuan harga jual
berdasarkan harga pokok, (c) penetapan laba.
3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.

C. Klasifikasi Biaya
            Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang digunakan
untuk berbagai tujuan, sehingga penggolongan biaya juga didasarkan atas
disesuaikan dengan tujuan tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menggolongkan biaya diantaranya :
1. Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan
a. Factory Cost (Biaya Produksi)
1. Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
3. Biaya Tidak Langsung (Factory Overhead)
b. Commercial Expense (Operating Expense)
1. Marketing and Selling Expense
2. General & Administration Expense

2. Berdasarkan Periode Akuntansi
a. Capital Expenditure (Pengeluaran Modal). Pengeluaran ini akan memberi
manfaat pada beberapa periode akuntansi. Jenis pengeluaran ini
dikapitalisirdan dicantumkan sebagai harga perolehan. Suatu pengeluaran
dikelompokkan sebagai capital expenditure jika pengeluaran ini memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, jumlahnya relatif besar, dan
pengeluaran ini sifatnya tidak rutin.
b. Revenue Expenditure (Pengeluaran Penghasilan).
Pengeluaran ini akan memberi manfaat pada periode akuntansi dimana pengeluaran ini terjadi. Pengeluaran ini menjadi beban pada periode tersebut, dan dicantumkan
dalam income statement. Suatu pengeluaran dikelompokkan sebagai revenue    expenditure jika pengeluaran tersebut memberi manfaat pada periode
terjadinya pengeluaran tersebut, jumlahnya relatif kecil, dan umumnya
pengeluaran ini sifatnya rutin.
3. Berdasarkan Pengaruh Manajemen Terhadap Biaya
a. Biaya Terkendali (Controllable Cost). Adalah biaya yang secara langsung
dapat dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu dalam jangka
waktu tertentu.
c. Biaya Tidak Terkendali (Uncontrollable Cost). Adalah biaya yang tidak dapat
dipengaruhi oleh seorang manajer atau pejabat tingkatan tertentu.
4. Karakteristik Biaya Dihubungkan Dengan Keluarannya
a. Biaya Engineered. Adalah elemen biaya yang mempunyai hubungan phisik
yang eksplisit dengan output.
b. Biaya Discretionary. Biaya ini disebut juga managed cost atau programmed
cost adalah semua biaya yang tidak mempunyai hubungan yang akurat
dengan output.
d. Biaya Commited atau biaya kapasitas. Adalah semua biaya yang terjadi
dalam rangka untuk mempertahankan kapasitas atau kemampuan organisasi
dalam kegiatan produksi, pemasaran dan administrasi.
5. Pengaruh Perubahan Volume Kegiatan Terhadap Biaya
a. Biaya Tetap. Yaitu biaya yang jumlah tidak dipengaruhi oleh perubahan
volume kegiatan sampai pada tingkatan tertentu. Biaya tetap perunit berubah
berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan.
b. Biaya Variabel. Biaya variabel mengasumsikan hubungan linear antara biaya
aktifitas tersebut. Biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah
secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume
kegiatan maka semakin besar pula jumlah total biaya variabel.
c. Biaya Semi Variabel. Yaitu biaya dimana jumlah totalnya berubah sesuai
dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak
sebanding/proporsional.
6. Berdasarkan Objek yang dibiayainya
a. Biaya Langsung. Biaya yang terjadi atau manfaatnya dapat diidentifikasi
kepada objek atau pusat biaya tertentu.
b. Biaya Tidak Langsung. Biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat
diidentifikasi pada objek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang
manfaatnya dinikmati oleh beberapa objek atau pusat biaya.

D. Sistem Akuntansi Biaya
Sistem akuntansi biaya (cost system) dapat dikelompokkan menjadi dua
sistem yaitu :
1. Actual Cost System (Sistem Harga Pokok Sesungguhnya). Yaitu sistem
pembebanan harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sesuai
dengan harga pokok yang sesungguhnya dinikmati. Pada sistem ini, harga pokok
produksi baru dapat dihitung pada akhir periode setelah biaya sesungguhnya
dikumpulkan.
2. Standard Cost System (Sistem Harga Pokok Standar). Yaitu sistem pembebanan
harga pokok kepada produk atau pesanan yang dihasilkan sebesar harga pokok
yang telah ditentukan/ditaksir sebelum suatu produk atau pesanan dikerjakan.

E. Sistem Pengumpulan Harga Pokok
1. Job Order Cost. Yaitu suatu metode pengumpulan harga pokok produk yang
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak. Jadi setiap ada pesanan
mempunyai harga pokok tersendiri yang dibuat dalam job cost sheet. Pada
metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi pesanan pelanggan.
2. Process Cost. Yaitu metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap satuan waktu. Pada metode ini, proses produksi
diperusahaan dilaksanakan secara terus menerus, barang yang dihasilkan
homogen, dan perhitungan harga pokok produksi didasarkan atas waktu. Pada
metode ini, produksi dilakukan untuk memenuhi stock.

F. Manfaat Biaya Perunit
1. Perusahaan Manufaktur
            Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan pengukuran dan pembebanan biaya
sehingga biaya perunit dari suatu produk dapat ditentukan. Informasi biaya perunit
adalah sangat penting bagi perusahaan manufaktur untuk penilaian persediaan,
penentuan laba, dan pengambilan keputusan lainnya. Pengungkapan biaya
persediaan dan penentuan laba adalah kebutuhan pelaporan keuangan yang dihadapi
setiap perusahaan pada setiap akhir periode.
            Untuk menentukan biaya perunit, maka total biaya yang digunakan
tergantung tujuan informasi tersebut. Perusahaan dapat menggunakan biaya
produksi, atau biaya variabel, atau biaya produksi ditambah biaya non produksi.
Untuk pembuatan laporan keuangan untuk pihak eksternal, maka informasi biaya
perunit diperoleh dari total biaya produksi, sedangkan untuk pengambilan keputusan
untuk menerima atau menolak pesanan khusus, dalam kondisi perusahaan
beroperasi dibawah kapasitas produksi, maka informasi biaya yang dibutuhkan
adalah informasi biaya variabel.
2. Perusahaan Jasa
            Perusahaan jasa juga memerlukan informasi biaya perunit. Pada dasarnya
untuk menghitung biaya perunit antara perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur adalah sama. Pertama sekali, perusahaan jasa yang disediakan dan
mengidentifikasi total biaya untuk unit jasa yang disediakan.
            Perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur menggunakan data biaya
dengan tujuan yang sama, yaitu untuk menentukan profitabilitas, kelayakan untuk
memperkenalkan layanan baru, membuat keputusan harga jual dan lainnya, hanya
perusahaan jasa tidak memerlukan data biaya untuk menentukan nilai persediaan,
karena jasa tidak menghasilkan produk fisik.

G. Kalkulasi Biaya Produk Tradisional
            Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada
produk. Pembebanan biaya utama keproduk tidak memiliki kesulitan, karena dapat
menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran penggerak yang sangat
akurat. Tetapi sebaliknya, biaya overhead memiliki masalah dalam pembebanan
biaya ke produk, karena hubungan antara masukan dan keluaran tidak dapat
diobservasi secara fisik.
            Dalam sistem biaya tradisional, untuk membebankan biaya ke produk
digunakan penggerak aktifitas tingkat unit (unit level drivers), karena ini merupakan
faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang
diproduksi. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan untuk
membebankan overhead meliputi :
1. Unit yang diproduksi
2. Jam tenaga kerja langsung
3. Tenaga kerja langsung (rupiah)
4. Jam mesin
5. Bahan langsung
            Setelah mengidentifikasi penggerak (driver) tingkat unit, lalu memprediksi
tingkat keluaran aktifitas yang diukur oleh penggerak tersebut, yaitu apakah
berdasarkan aktifitas aktual yang diharapkan (expected activity level) dan aktifitas
normal (normal activity level). Expected activity level adalah output aktivitas yang
diharapkan dicapai oleh perusahaan pada tahun yang akan datang, sedangkan
normal activity level adalah output aktivitas rata-rata yang merupakan pengalaman
perusahaan dalam jangka panjang. Aktivitas normal mempunyai keunggulan berupa
penggunaan tingkat aktifitas yang sama dari tahun ketahun, sehingga pembebanan
overhead ke produk tidak begitu berfluktuasi.

H. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya
            Tarif pabrik menyeluruh dan tarif departemental telah digunakan beberapa
dekade dan terus digunakan secara sukses. Namun pada beberapa situasi tarif
tersebut menimbulkan distorsi yang dapat membuat stress perusahaan yang
berproduksi dalam lingkungan produksi canggih (advanced manufacturing
environment).
            Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan jaman diantaranya
sebagai berikut :
1. Hasil dari penawaran sulit dijelaskan
2. Harga pesaing nampak lebih rendah sehingga kelihatan tidak masuk akal.
3. Produk-produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi.
4. Manajer operasional ingin menghentikan produk-produk yang kelihatan
menguntungkan.
5. Marjin laba sulit dijelaskan
6. Pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga
7. Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberi data
biaya bagi proyek khusus.
8. Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan



Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.
  1. Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Menurut LM Samryn, full costing adalah : “Full costing adalah metode penentuan harga pokok yang memperhitungkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead tanpa memperhatikan perilakunya.”
Pendekatan full costing yang biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar perusahaan, oleh karena itu sistematikanya  harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam laporan tersebut.
2.       Variabel Costing
Variabel costing merupakkan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Menurut Mas’ud Machfoed variabel costing adalah “ Suatu metode penentuan harga pokok dimana biaya produksi variabel saja yang dibebankan sebagai bagian dari harga pokok.”
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.













                                                Penentuan Harga Pokok Produksi
Dengan Pendekatan Variabel Costing
Biaya bahan baku                                                       xxx
Biaya tenaga kerja langsung                                        xxx
Biaya overhead pabrik variabel                                   xxx +
           Harga pokok produksi variabel                                    xxx
Biaya pemasaran variabel                                          xxx
Biaya administrasi dan umum variabel                        xxx +
 Biaya komersil                                                                       xxx +
            Total biaya variabel                                                     xxx
Biaya overhead pabrik tetap                                       xxx
Biaya pemasaran tetap                                               xxx
Biaya admistrasi dan umum tetap                                xxx +       
              Total biaya tetap                                                        xxx +  
Total harga pokok produk                                                        xxx                                                                                               

Perbedaan Full Costing dan Variabel Costing
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing sebetulnya terletak pada perlakuan biaya tetap produksi tidak langsung. Dalam metode full costing dimasukkan unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
Adapun unsur biaya dalam metode full costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik yang sifatnya tetap maupun variabel. Sedangkan unsur biaya dalam metode variabel costing terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang sifatnya variabel saja dan tidak termasuk biaya overhead pabrik tetap.

Akibat perbedaan tersebut mengakibatkan timbulnya perbedaan lain yaitu :
  1. Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”. Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi  adalah seluruh biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap maupun variabel. Dalam metode variabel costing, menggunakan pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
  2. Dalam metode full costing, biaya periode diartikan sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi. Dalam metode variabel costing, yang dimaksud dengan biaya periode adalah biaya yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya tetap, baik produksi maupun operasi.
  3. Menurut metode full costing, biaya overhead tetap diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada persediaan produk atau jasa. Sedangkan dalam variabel costing, biaya tersebut langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
  4. Jika biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atau jasa berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka dan jumlahnya berbeda dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya maka selisihnya dapat berupa pembebanan overhead pabrik berlebihan (over-applied factory overhead). Menurut metode full costing, selisih tersebut dapat diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).
  5. Dalam metode full costing, perhitungan laba rugi menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas harga pokok penjualan.
  6. Dalam variabel costing, menggunakan istilah marjin kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya variabel.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari perbedaan laba rugi dalam metode full costing dengan metode variable costing adalah :
  1. Dalam metode full costing, dapat terjadi penundaan sebagian biaya overhead pabrik tetap pada periode berjalan ke periode berikutnya bila tidak semua produk pada periode yang sama.
  2. Dalam metode variable costing seluruh biaya tetap overhead pabrik  telah diperlakukan sebagai beban pada periode berjalan, sehingga tidak terdapat bagian biaya overhead pada tahun berjalan yang dibebankan kepada tahun berikutnya.
  3. Jumlah persediaan akhir dalam metode variable costing lebih rendah dibanding metode full costing. Alasannya adalah dalam variable costing hanya biaya produksi variabel yang dapat diperhitungkan sebagai biaya produksi.
  4. Laporan laba rugi full costing tidak membedakan antara biaya tetap dan biaya variabel, sehingga tidak cukup memadai untuk analisis hubungan biaya volume dan laba (CVP)  dalam rangka perencanaan dan pengendalian.
Dalam praktiknya, variable costing tidak dapat digunakan secara eksternal untuk kepentingan pelaporan keuangan kepada masyarakat umum atau tujuan perpajakan.




Jumat, 01 November 2013

AKUNTANSI MANAJEMEN



ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT ASTRA OTOPARTS Tbk
PERIODE 2010-2011
D
I
S
U
S
U
N

OLEH
NAMA                   :           NILAKARMILA BANCIN
NIM                       :           7111142011
KELAS                   :           A-REG PENDIDIKAN AKUNTANSI 2011




FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan suatu gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan. Penilaian kondisi keuangan perusahan dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang telah diterapkan oleh perusahaan sehinggadiperoleh informasi yang berguna bagi pihak ekstern perusahaan dalam rangka  pengambilan keputusan. Para emegang saham yang merupakan pihak ekstern mengandalkan laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dan mengevaluasi kinerja keuangan yang berhasil dicapai oleh perusahaan tempat mereka menginvestasi sahamnya. Sedangkan pihak intern perusahaan, yaitu pemimpin perusahaan/ manajer, menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaannya pada periode yang lalu sehingga perusahaannya dapat menyusun rencana yang lebih baik dan menetukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat.
Pentingnya laporan keuangan dimana memberikan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, dan lebih berarti bagi pihak- pihak yang berkepentingan apabila laporan keuangan diperbandingkan untuk dua periode atau lebih dan dilakukan analisis lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang lebih jelas dalam mendukung keputusan yang akan diambil. Selain itu, dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan, akan diperoleh semua jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
PT Astra Otoparts Tbk adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan distribusi komponen otomotif. Disamping itu, perusahaan juga melakukan penyertaan pada 27 anak perusahaan yang kegiatan usahanya meliputi produksi dan distribusi komponen otomotif. PT Astra Otoparts Tbk memproduksi barang plastik injection muolding, komponen aluminium  die casting untuk otomotif, dan sebagai distribusi untuk suku cadang otomotif. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Perseroan dan beberapa Anak Perusahaan mendapat bantuan teknis dari beberapa perusahaan Jepang. Produk-produk hasil usaha Perseroan dan Anak Perusahaan telah digunakan oleh beberapa produsen kenderaan bermotor sebagai komponen otomotif kenderaan bermotor baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sampai saat ini produk-produk Perseroan telah dipasarkan ke beberapa negara Asia, Australia, Eropa dan Amerika. Beberapa produsen kenderaan bermotor di Indonesia, seperti BMW, Bimantara, Chrysler, Chevrolet, Daihatsu, Daewoo, Ford, Hino, Honda, Hyundai, Toyota, Yamaha dan lain-lain. Dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, Perseroan melakukan inovasi, memberiakan nilai tambah, dan produk berorientasi pada pasar. Hal-hal diatas yang mendorong penulis untuk menganalisis laporan keuangan PT Astra Otoprts Tbk, untuk mengetahui kinerja keuangan yang berhasil dicapai Perseroan dari Tahun 2010 samapai tahun 2011. Oleh karena itu dalam karya ilmiah ini penulis memilih judul “ Analisis Laporan Keuangan PT Astra Otoparts Tbk Periode 2010-2011”.

Profil Perusahaan
PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) adalah perusahaan komponen otomotif terkemuka Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan suku cadang kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Sejarah Astra Otoparts
Ø  Bermula dari didirikannya PT Alfa Delta Motor pada tahun 1976, yang bergerak  di  perdagangan  otomotif,  perakitan  mesin  dan  konstruksi. Pemilik dari perusahaan ini adalah William Soeryadjaja dan PT Djaya Pirusa.
Ø  1977 PT Alfa Delta Motor berubah nama menjadi PT Pacifc Western.
Ø  1981 PT Pacifc Western berubah nama menjadi PT Menara Alam Teknik dan berganti kepemilikan, menjadi milik PT Summa Surya, PT Windu Tri Nusantara dan PT Multivest.
Ø  1983 Astra membeli saham PT Summa Surya di PT Menara Alam Teknik.
Ø  1993 Astra mengambil alih seluruh saham PT Menara Alam Teknik, dan merubah  nama  PT  Menara  Alam  Teknik  menjadi  PT  Menara  Alam Pradipta.
Ø  1996 PT Menara Alam Pradipta berubah nama menjadi PT Astra Pradipta Internusa. Kemudian terjadi merger antara beberapa perusahaan produsen komponen dilingkungan Grup Astra, diantaranya PT Astra Pradipta Internusa  &  PT  Federal  Adiwira  Serasi  (PT  Federal  Adiwira  Serasi sebagai surviving  company). PT Federal Adiwira Serasi berubah nama menjadi PT Astra Dian Lestari.
Ø  Pada tahun 1997 berganti menjadi PT Astra Otoparts dan pada tahun1998 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) dengan kode transaksi: AUTO. Sejak saat itu PT Astra Otoparts menjadi perusahaan publik dengan nama PT Astra Otoparts Tbk.
Saat ini perusahaan telah bertransformasi menjadi perusahaan industry komponen otomotif terbesar di Indonesia yang didukung oleh 6 unit bisnis dan 29 anak perusahaan dengan 36.284 orang karyawan. Beberapa anak perusahaan merupakan joint venture dengan sejumlah produsen komponen terkemuka dari Jepang, Eropa dan Amerika, seperti Aisin Seiki, Aisin Takaoka, Akebono, Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS Yuasa, Kayaba, Keihin, Mahle, NHK Precision, Nippon Gasket, Nittan Valve, SunFun, Toyoda Gosei, Visteon Corporation, Yazaki dan Aktiebolaget SKF.
Suku cadang kendaraan bermotor produk Astra Otoparts diserap pasar segmen pabrikan otomotif atau Original Equipment for Manufacturer (OEM) dan segmen pasar suku cadang pengganti atau Replacement Market (REM). Pelanggan Astra Otoparts di segmen OEM diantaranya adalah Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Mitsubishi, Suzuki, Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Hino. Sedangkan di segmen REM, produk Astra Otoparts sudah didistribusikan ke seluruh pelosok nusantara, melalui 68 main dealers dan 12.000 toko-toko spare parts. Produk Astra Otoparts tidak  hanya  menguasai pasar dalam negeri tetapi juga telah merambah ke 49 negara  di  Timur  Tengah,  Asia  Oceania,  Afrika,  Eropa  dan  Amerika.  Astra Otoparts memiliki tiga kantor perwakilan masing-masing di Singapura, Dubai dan Australia.
Pada tahun 2010, Astra Otoparts mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar
48,5% menjadi Rp 1,14 triliun, tertinggi sejak berdirinya perusahaan. Pencapaian ini  sejalan  dengan  program  direksi   yang   dicanangkan  awal  tahun  untuk menjadikan Astra Otoparts sebagai        “1-Trillion-Rupiah Company“ yang merupakan jawaban atas tantangan bisnis otomotif, termasuk ASEAN China Free Trade Area (ACFTA). Keberhasilan mencapai keuntungan bersih tertinggi itu tidak terlepas dari praktek tata kelola atau Good Corporate Governance (GCG) yang diterapkan Perseroan. Penerapan GCG tersebut berhasil mendatangkan sejumlah penghargaan bagi Astra Otoparts, antara lain The Indonesian Corporate Governance Award 2010,           sebagai Perusahaan Terpercaya (The Trusted Company), dan penghargaan Indonesia’s Most Admired Company (IMAC) 2010, yang diraih secara berturut-turut sejak tahun 2007. Prestasi ini mendorong Astra Otoparts  berambisi  menjadi  pemasok  suku  cadang  otomotif  kelas  dunia  atau World Class Auto Parts Supplier dan mitra pilihan di Indonesia atau Partner of Choice in Indonesia. Dan untuk mendukung usahanya menjadi pemain otomotif dunia,
Perusahaan mengembangkan Engineering Development Center dan mengadopsi sistem teknologi informasi terintegrasi. Saat ini Perseroan memiliki anak perusahaan joint venture dengan sejumlah produsen komponen terkemuka dari Jepang dan Eropa, seperti Aisin Seiki, Aisin Takaoka, Akebono, Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS Yuasa,  Kayaba, Keihin,  Mahle, Nippon Gasket, Nittan Valve, Toyoda Gosei, Yazaki dan Aktiebolaget SKF. Astra Otoparts juga menunjukkan   perhatian   besar   kepada   masyarakat   dan   lingkungan   melalui sejumlah program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR), dengan mengadopsi konsep Astra Green Company (AGC) dan Astra Friendly Company (AFC). Melalui program CSR Perseroan menyediakan pinjaman bergulir untuk pembiayaan bisnis mikro dan kecil yang berada di sekitar perusahaan, pemberian bantuan pendidikan dan pemberian bantuan kepada korban bencana alam.
Selama 5 tahun terakhir Astra Otoparts telah membukukan kinerja keuangan yang solid, diantaranya ditandai dengan rata-rata pertumbuhan penjualan tahunan yang baik sebesar 17% serta keuntungan bersih di atas Rp 1 triliun pada 2 tahun terakhir,  yang mengindikasikan suatu  peningkatan kinerja  yang  konsisten dan berkelanjutan.  Dengan profil keuangan  yang  sehat  dan portofolio  bisnis  yang beragam,  Astra  Otoparts  akan  terus  bertumbuh  menjadi  supplier  komponen otomotif kelas dunia.


Visi dan Misi Perusahaan
PT. Astra Otoparts Tbk memiliki visi sebagai berikut : “Senantiasa menjadi kelompok perusahaan otomotif yang handal dan bereputasi, dalam usaha melayani baik pasar domestik maupun pasar ekspor “.
Untuk memenuhi visi tersebut maka misi dari PT. Astra Otoparts Tbk adalah “Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan melalui teknologi yang tepat guna, jaringan distribusi yang kuat, penyediaan yang tepat waktu dan bisa diandalkan, serta citra merek sendiri “.


Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
Struktur Organisasi tersebut merupakan struktur organisasi pada PT. Astra Otoparts Tbk, dan dalam tiap bagian memiliki tugas dan tanggung jawab yang diuraikan sebagai berikut :
1.      Shareholder
Wajib mengadakan rapat tahunan para pemegang saham dalam hal :
Ø  Pembagian deviden
Ø  Pengangkatan  daa  pembebastugasan  anggota  dewan  komisaris dan direksi
Ø  Penyetujuan laporan tahunan
2.      The Board of Commissioners (Dewan Komisaris)
Ø  Dewan   komisaris   terdiri   dari   presiden   komisaris,   empat   anggota komisaris dua di antaranya merupakan komisaris independen
Ø  Dewan  komisaris  mengawasi  direksi  dalam  mengelola  perseroan  dan memberikan nasehat kepada direksi
3.      The Board of Directors (Direksi)
Ø  Direksi perseroan terdiri dari tujuh direktur, termasuk presiden direktur, dua wakil presiden direktur. Direktur diangkat dan diberhentikan oleh rapat umum pemegang saham
Ø  Direksi bertanggungjawab penuh dalam menjalankan tugas pengelolaan perseroan demi kepentingan perseroan serta mencapai tujuan dan target perusahaan
4.      Audit Committee (Komite Audit)
Ø  Komite  Audit  diketuai  oleh  komisaris  independen  Perseroan,  yaitu Anugerah Pekerti (diangkat sejak 26 April 2005), dengan anggota Budhy Ratulangi dan Siti Nurwahyuningsih Harahap.
Ø  Fungsi  utama  dari  komite  Audit  adalah  membantu  komisaris  dalam menjalankan tugas supervisi mereka melalui :
a.       Mengevaluasi laporan keuangan dan informasi keuangan lain yang  dikeluarkan  perseroan  kepada  pemerintah  atau  kepada publik.
b.      Mengevaluasi  system  pengendalian  internal  perseroan  yang berkaitan dengan keuangan, akunting, kepatuhan hukum, seperti diputuskan oleh anggota direksi maupun komisaris
c.       Mengevaluasi proses audit,  akunting dan laporan keuangan secara umum
5.      Corporate Secretary (Sekretaris Perusahaan)
Ø  Guna mengembangkan dan mengelola reputasi perseroan sebagai perusahaan publik, fungsisekretaris perusahaan meliputi :
a.       Memonitor  perkembangan  pasar  modal,  dan  secara  khusus peraturan-peraturan yang mengatur pasar modal
b.      Memberikan informasi kepada publik mengenai perkembangan pada perseroan
c.       Memberikan tanggapan(feedback) kepada direksi sesuai dengan Undang-Undang   No.8   of   1995   tentang   pasar   modal   dan implementasinya
d.      Bertindak   sebagai   penghubung   (liaison)   antara   perseroan, bapepam, dan publik
6.      Public Relation
Ø  Bertanggung  jawab  atas  hubungan  perusahaan  dengan  publik  saat  ini demi perkembangan bisnis dan image bisnis di kalangan masyarakat
7.      Overseas Operation
Ø  Bertanggung jawab atas kepgiatan opersai yang bersifat internasional
8.      Bussiness Development
Ø  Bertanggung jawab untuk segala keperluan pengembangan bisnis perusahaan.
9.      Bussiness Analysist
Ø  Bertanggung jawab dalam menghasilkan suatu strategi bisnis untuk masa yang akan datang
10.  Marketing Competency Development
Ø  Bertanggung jawab dalam memperluas jaringan pasar yang ada
Ø  Bertanggung jawab dalam pengembangan merek perseroan
Ø  Bertanggung jawab dalam berbagai metode pemasaran yang baik untuk jangka ke depannya baik domestik maupun internasional
11.  Corporate Human Resources Development
Ø  Bertanggung jawab atas penyeleksian karyawan baru atau magang
Ø  Bertanggung jawab atas pengembangan kualitas serta kinerja dari para karyawan
Ø  Mengatur  komunikasi  yang  baik  atau  menjalin  hubungan  yang  baik antara para karyawan yang ada
Ø  Mengatur dalam hal pemberian penghargaan bagi para karyawan yang berprestasi
12.  Corporate Community Development, Enviroment, Security
Ø  Mengadakan program bantuan sosial, program bantuan       ekonomi, program bantuan transformasi dan program komunikasi sosial
Ø  Bertanggung jawab atas      aktivitas            perseroan         agar      sesuai   dengan lingkungan yang ada
Ø  Menciptakan  lingkungan  kerja  yang  aman  bagi  para  karyawan  untuk bekerja
13.  Corporate Information Technology & Legal, Bussiness improvement, Investor Relation
Ø  Bertanggung jawab dalam pengembangan teknologi informasi perseroan
Ø  Bertanggung jawab dalam peningkatan hubungan dengan para investor
Ø  Bertanggung jawab dalam peningkatan kualitas bisnis
14.  Research Development
Ø  Bertanggung jawab dalam   melakukan berbagai      penelitian          dalam mengembangkan  suatu  produk  yang  telah  ada  ke  arah  yang  lebih sempurna atau sesuai dengan keinginan masyarakat
Ø  Bertanggung jawab dalam mendesain suatu produk baru
15.  Manufacturing Support & Enviroment
Ø  Bertanggung jawab dalam dalam meningkatkan kemampuan perseroan
Ø  Bertanggung jawab atas kemitraan dalam bisnis manufactur
16.  Workshop & machinery project
Ø  Bertanggung  jawab  atas  pembuatan  berbagai  macam  peralatan  yang dibutuhkan            perseroan      untuk    memperbaiki     kinerja  dari      perseroan, mengurangi siklus waktu yang dibutuhkan, dan mengakselerasi proses produksi, sehingga operasional perseroan lebih efesien
17.  Logistic
Ø  Bertanggung jawab atas jaringan distribusi dari perseroan
Ø  Bertanggung jawab atas pengontrolan persediaan barang dan waktu untuk memenuhi suatu pemesanan
Ø  Bertanggung jawab atas histori barang yang ada
18.  Internal Audit
Visi dari departemen audit internal perseroan adalah menjamin terlaksananya tata  kelola  perusahaan  yang  baik  (Good  Corporate  Governance)  melalui audit dan penilaian resiko. Juga ditujukan untuk memberikan nilai tambah dalam hal pengurangan resiko dan peningkatan usaha. Departemen tersebut juga berfungsi sesuai dengan internal audit charter, yang menugaskan departemen audit internal untuk melakukan audit internal yang luas. Untuk memenuhi tujuannya audit internal dilakukan dengan 2 cara :
a.       Audit Lapangan
Evaluasi lanjutan untuk memastikan       bahwa  masalah dan rekomendasi yang diangkat dalam audit sebelumnya telah diselesaikan. Diskusi lanjutan dilakukan di berbagai tingkat dalam manajemen untuk mendiskusikan topik audit tersebut dan mencari solusinya
b.      Evaluasi Resiko dan Pengurangan Resiko
Untuk menghadapi tantangan bisnis yang terus bergerak dan lingkungan tata kelola perusahaan, perseroan telah menetapkan kerangka kerja managemen resiko     perusahaan       yang     luas. Kerangka kerja itu melibatkan proses identifikasi, mengelola dan melaporkan   resiko   bisnis   yang   signifikan,   termasuk   resiko strategis dan resiko operasi.
19.  HR & GA Operation
Ø  Bertanggung  jawab  atas  segala  tingkah  laku  dan  kondisi  para karyawan dalam memenuhi kegiatan kerja mereka sehari-hari dan memonitor kinerja kerja setiap karyawan dari perseroan
20.  Manufactur I
Ø  Memproduksi  produk-produk  astra  region  1  (die  casting)  untuk komponen mobil dan motor
21.  Manufactur II
Ø  Memproduksi         produk-produk astra     region   2          (plastik)            untuk komponen mobil dan motor
22.  Domestic sales Operation
Ø  Bertanggung           jawab   dalam   memasarkan     produk kepada para konsumen dalam lingkup ruang domestik
Ø  Bertanggung   jawab   dalam   penjualan   produk   perseroan   kepada konsumen dalam lingkup ruang domestik
23.  Retail
Ø  Bertanggung  jawab  terhadap  penjualan  secara  enceran  lewat  toko resmi astra kepada konsumen dan masyarakat luas
24.  International business atau export
Ø  Bertanggung           jawab   dalam   memasarkan     produk kepada para konsumen dalam lingkup internasional
Ø  Bertanggung   jawab           dalam   penjualan  produk  perseroan  kepada konsumen dalam lingkup internasional
25.  Finance, Accounting & SOP
Ø  Bertanggung jawab dalam segala utang atau piutang perseroan
Ø  Melakukan pencatatan secara terperinci proses keuangan yang terjadi dalam perseroan
Ø  Melakukan kalkulasi terhadap berbagai persyaratan yang masuk ke dalam syarat bisnis
26.  Information Technology Operation
Ø  Bertanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi dalam kegiatan sehari-hari (dalam hal ini maintenance program yang telah ada)
Ø  Dalam perancangan sistem yang baru diharapkan bertindak sebagai administrator website yang dirancang

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN
Berdasarkan karakteristik jenis usahanya PT Astra Otoparts Tbk tergolong dalam perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan distribusi komponen otomotif.. Berdasarkan bentuk badan hukumnya perusahaan ini merupakan perusahaan Perseroan Terbatas Terbuka dimana penanaman modal sudah dimasuki oleh warga negara asing yang sekaligus menjadi pendiri, pemegang saham, dan pengurusnya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan PT.Astra Otoparts  Tbk selama tahun 2010-2011 berdasarkan analisis-analisis rasio keuangan?

1.3  Tujuan
Tujuan pembuatan karya tulis ini untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan PT Astra Otoparts Tbk selama tahun 2010 berdasarkan analisis rasio keuangan.

1.4  Manfaat
a.       Bagi Perusahaan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen mengenai kinerja keuangan PT Astra Otoparts Tbk berdasarkan analsis rasio pasar sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola modal saham yang ditanamkan investor pada perusahaan.
b.      Bagi Calon Investor dan Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi investor dan calon investor sebelum melakukan keputusan investasi saham serta untuk menunjang evaluasi terhadap kinerja perusahaan tempat investor menanamkan investasi.

c.       Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dalam melakukan penelitian di bidang manajemen keuangan khususnya yang berkaitan dengan analisis rasio pasar.
d.      Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dan tambahan referensi yang dapat digunakan sebagai bahan acan bagi peneltian selanjutnya dengan penelitian yang sama.










BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1  Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan adanya keinginan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh informasi yang dapat mendukung kebijakan yang akan diambil.Munawir (2007 : 5) dalam Analisa laporan Keuangan yang dikutip dari Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).
Ada beberapa definisi laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu:
1.      Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004 : 2) dalam Standar Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
2.      Harahap (2007 : 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.
3.      Mamduh (2003 : 12) laporan keuangan pada dasarnya ingin melaporkan kegiatan-kegiatan pendanaan, dan kegiatan operasional sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan.
4.      Munawir (2007:2), laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak yang berkepentingan terhadap data atau aktivitas perusahaan.

Analisa atas laporan keuangan pada hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan atau posisi keuangan perusahaan pada suatu saat dan perubahan posisi keuangan atau kemajuan-kemajuan suatu perusahaan melalui laporan keuangan yang bersangkutan.
Jadi laporan keuangan adalah hasil proses akuntansi berupa neraca, laporan laba rugi, dan laporan lain yang dapat memberi informasi yang akurat tentang keadaan perusahaan dan hasil yang telah dicapai secara kuantitatif pada semua yang berkepentingan dalam perusahaan.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1.      Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.      Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.


2.1.3 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan.  Dwi Prastowo, Rifka Juliaty (2002 : 16) ada dua bentuk laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh perusahaan, yaitu :
1.      Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Munawir, 2007:13). Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, dan sebagainya.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal (modal saham), surplus, dan laba yang ditahan.
2.      Laporan Laba/Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu peroleh oleh suatu perusahan selama periode tertentu (Munawir, 2007:26).
3.      Laporan Perubahan Modal
Antara neraca dan laporan laba rugi sering dihubungkan dengan satu laporan yang disebut laporan perubahan modal (laba ditahan), yang memberikan informasi mengenai perubahan modal (laba ditahan) selama periode tertentu (Dwi Prastowo, 2005:17).
4.      Laporan Arus Kas
Menurut Dwi Prastowo (2005:33), laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pengeluaran kas, dan perubahan bersih kas, baik yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan. Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi histories mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan menklasifikasikan arus berdasarkan aktifitas operasi, investasi, dan pendanaan selama perriode akuntansi tertentu.
2. 1.4  Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan para pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Dengan membaca laporan keuangan dengan tepat, seseorang dapat melakukan tindakan ekonomi menyangkut lembaga perusahaan yang dilaporkan dan diharapkan akan menghasilkan keuntungan baginya. Harahap (2007 : 120 – 124) para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat sebagai berikut :
1.      Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Pemegang saham ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen yang diberikan amanah, ingin mengetahui jumlah deviden yang diterima, jumlah pendapatan per saham, jumlah laba yang ditahan, dan ingin mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya.
2.      Investor
Investor ingin melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
3.      Analis Pasar Modal
Analis pasar modal ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan.
4.      Manajer
Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat, ia harus mengetahui selengkap-lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca, laba/rugi, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor, dan sebagainya.
5.      Karyawan dan Serikat Pekerja
Karyawan perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja atau pindah dan untuk bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak.
6.      Instansi Pajak
Instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk menentukan kebenaran perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, restitusi, dan juga dasar untuk penindakan.
7.      Pemberi Dana (Kreditur)
Sama dengan pemegang saham, investor, lender seperti bank, investment fund, perusahaan leasing, juga ingin mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman .
8.      Supplier
Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak untuk diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan.
9.      Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintah ingin mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan.
10.  Langganan atau Lembaga Konsumen
Dengan konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan, konsumen sangat diuntungkan. Konsumen berhak mendapat layanan memuaskan dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini konsumen terlindungi dari kemungkinan praktik yang merugikan baik dari segi kualitas, kuantitas, harga dan lain sebagainya.
11.  Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat membutuhkan laporan keuangan untuk menilai sejauhmana perusahaan merugikan pihak tertentu yang dilindunginya.
12.  Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting, sebagai data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan.








2.2 Analisa Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian
Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses analisis terhadap laporan keuangan, dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sehingga kualitas keputusan yang diambil akan menjadi lebih baik (Dwi Prastowo, Rifka Juliaty, 2002 : 24). Munawir (2007 : 36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. Analisis horizontal adalah analisis dengan mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horizontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis. Analisis vertikal yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga sebagai metode analisis yang statis karena kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya. Bernstein (1983) dalam Harahap (2007 : 18) analisis laporan keuangan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Screening
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2.      Understanding
Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3.      Forecasting
Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
4.      Diagnosis
Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5.      Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Harahap (2007 : 209) kegiatan yang selalu lazim dilakukan dalam analisis laporan keuangan dari berbagai teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Menghitung rasio, indeks, perbedaan, kenaikan, penurunan, atau persentase.
2.      Membandingkan laporan keuangan baik dengan menggambarkannya, membuat indeks, membuat angka asli. Angka ini dibandingkan dengan : periode sebelumnya, perusahaan sejenis, industrial norm (rasio rata-rata industri).
3.      Menilai angka-angka : kenaikan, perbedaan dengan lainnya, penurunan atau rasio lainnya.
4.      Menganalisis hubungan satu sama lain atau mencari kemungkinan penyebab persoalan yang menyebabkan perbedaan penurunan/kenaikan.
5.      Menghubungkan antara satu data dengan data lain baik antara data kuantitatif dengan data kualitatif misalnya antara kenaikan penjualan dengan kenaikan biaya. Antara data kuantitatif dengan data kualitatif misalnya antara angka penjualan dengan kondisi ekonomi nasional.
6.      Menggunakan model atau rumus-rumus tertentu dengan menggunakan metode interpelasi, mengujinya sekaligus melihat hasilnya dan membandingkannya dengan kenyataan yang terjadi.
Analisis laporan keuangan juga dapat dilakukan dengan meganalisis rasio pada tiap-tiap pos laporan keuangannya. Menurut pendapat Slamet Munawir (2002, p37), analisa rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi-laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Artinya berdasarkan data-data yang terdapat dalam laporan keuangan baik dari neraca, laporan laba-rugi, maupun kedua-duanya dapat dihitung bermacam-macam jenis rasio yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

2.2.2 Keunggulan dan Keterbatasan Rasio Keuangan

Harahap (2007 : 298 - 299) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah :
1.      Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.      Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.      Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
4.      Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score).
5.      Menstandarisir size perusahaan.
6.      Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau ”time series”.
7.      Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio, teknik ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :
1.      Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2.      Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti :
a.       Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b.      Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c.       Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio
d.      Metode pencatatan yang tergambar pada dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3.      Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4.      Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
5.      Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.


2.2.3        Jenis Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan laporan rugi-laba). Ada 5 jenis rasio keuangan yaitu (Lukas Prasetya, 2001 : 415):
1.      Ratio Likuiditas
Merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo.
Jenis dari rasio ini adalah
Ø  Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Current ratio dapat dihitung dengan formula:


Ø  Acid Test Ratio
Rasio ini disebut juga Quick ratio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Acid Test Ratio ratio dapat dihitung dengan formula :
Ø  Cash Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
2.      Rasio Aktivitas
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Adapun jenis rasio ini adalah
Ø  Receivable Turnover
Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu.  Rumusnya sebagai berikut :   
Receivable Turnover dapat dihitung dengan formula :

Ø  Average Collection Period
Average Collection Period digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukan hasil yang semakin baik.  Rumusnya adalah sebagai berikut :
Average Collection Period dapat dihitung dengan formula :
Ø  Inventory Turnover
Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya “overstock”. Rumusnya sebagai berikut :
Inventory Turnover dapat dihitung dengan formula :
Ø  Average Day’s Inventory
Average Day’s Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan.
Average Day’s Inventory dapat dihitung dengan formula :
Ø  Working Capital Turnover
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan.
Working Capital Turnover dapat dihitung dengan formula :
3.      Rasio Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya


Adapun Jenis rasio ini adalah
Ø  Debt to Assets Ratio
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandinganantara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sullit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimiliknya. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin kecil perusahaan dibiayai dari utang.
Debt to Assets Ratio dapat dihitung dengan formula
Ø  Debt to Equity Ratio
            Rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan total utang dan modal sendiri. Dengan kata lain rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar setiap rupiah modal sendiri yang digunakan untuk jaminan utang dan biasanya rasio ini dinyatakan dalam persentase.
Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan formula

Ø  Long Term Debt to Equity Ratio
          Merupakan rasio antara utang jangka panjang dan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan dan biasanya dinyatakan dalam persentase.
Long Term Debt to Equity Ratio dapat dihitung dengan formula
Ø  Current liabilities to Net Worth



  1. Ratio Profitabilitas
Rasio ini merupakan merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.
Yang termasuk dalam rasio ini adalah
Ø  Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).
Gross profit margin dihitung dengan formula:





Ø  Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net profit margin dihitung dengan formula:

Ø  Return of Assets
Return on Assets merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63).
Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Return on Investment dihitung dengan formula:
Ø  Return on Equity
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305).
Return on equity adalah  rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).  ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Return on equity dapat dihitung dengan formula:









BAB 3
PEMBAHASAN

3.1    Kinerja dan Posisi Keuangan PT. Astra Otoparts Tbk beserta Anak Perusahaan Pada Tahun 2010-2011 berdasarkan Analisa Rasio

Perhitungan rasio-rasio keuangan PT. Astra Otoparts Tbk berdasarkan pada data laporan keuangan tahun 2010 sampai tahun 2011.  PT. Astra Otoparts Tbk yang telah tersedia, laporan keuangan tersebut terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi. Berikut ini adalah perhitungan rasio-rasio keuangan tersebut :
1.      Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Ø  Current Ratio (Rasio Lancar)
Berdasarkan laporan keuangan PT Astra Otoparts Tbk current rationya adalah
                                                                                        =  1,75 atau 175 %
                                                                                 = 1,35 atau 135 %
Berdasarkan perhitungan current ratio.  PT. Astra Otoparts Tbk tahun 2010 sebesar 1,75 x (berarti bahwa jumlah aktiva lancar ada 1,75  x dari jumlah kewajiban lancar atau setiap Rp 1,- kewajiban lancar dijamin dengan Rp 1,75,- aktiva lancar) lebih kecil dibandingkan tahun 2011 sebesar 1,35 x. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan  jumlah aktiva lancar tahun 2011 sebesar Rp 364.730 dimana pada tahun 2010 Rp 2.199.725  menjadi Rp 2.564.455  pada tahun 2011. Selain itu, juga diikuti dengan naiknya jumlah kewajiban lancar sebesar Rp 641.087 dari tahun 2010  Rp 1.251.731 menjadi Rp 1.892.818  pada tahun 2011. Oleh karena persentase kenaikan kewajiban lancar lebih besar dari kenaikan aktiva lancar mengakibatkan tingkat rasio makin menurun..
Ø  Quick Ratio
.
Berdasarkan laporan keuangan PT Astra Otoparts Tbk quick rationya adalah

                                                                                               = 1,19 atau 119 %             
                                                                                               = 0,85  atau  85%

Berdasarkan perhitungan terebut quick ratio PT. Astra Otoparts Tbk pada tahun 2010 sebesar 1,19 x (berarti bahwa perusahaan memiliki kemampuan membayar hutang lancar Rp1 dengan membayar Rp1,19) mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,85 x.  Penurunan quick ratio tahun 2011 disebabkan karena meningkatnya Persediaan yang tersedia.

Ø  Cash Ratio
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts  Tbk. Cash rationya adalah :

                                                                        = 0,38 atau 38 %
                                                                        =  0,19 atau 19 %
Cash ratio  mengalami penurunan 38  % menjadi 19 %. Dari perhitungan  cash ratio tahun 2009 tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap Rp 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp 38 % atau 0,38 uang kas dan yang segera menjadi kas.
2.      Rasio Aktivitas
Ø  Account Receivable Turn Over (Perputaran Piutang)

Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Account Receivable Turn nya adalah :
                                                                                    = 15,8 kali
                                                                                    =  16 kali
Pada perhitungan ini terlihat bahwa kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar begitu membaik, hal ini dapat dilihat dengan peningkatan dari 15,8 x menjadi 16 x.  Ini berarti makin baik, karena modal kerja yang tertanam semakin kecil.
Ø  Average Collection Period (Rata-rata Jangka waktu pengumpulan piutang)
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Average Collection Period nya adalah :
                                                                                                =  23 hari
                                                                                                = 23 hari
Berdasarkan Perhitungan diatas, Pada tahun 2010 PT Astra Otoparts Tbk membutuhkan waktu 23 hari untuk menagih piutangnya, sedangkan untuk tahun 2011 waktu yang digunakan untuk menagih piutangnya yaitu 23 har jugai. Keadaan ini tidak berpengaruh bagi perusahaan karena Perusahaan  melakukan penagihan atau pengumpulan piutang dalam waktu  yaitu 23 hari setelah penjualan dilakukan.

Ø  Average Day’s Inventory
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Average Day’s Inventory nya adalah :

                                                                                    =  50 hari
                                                                                    = 56 hari
Dalam analisis diatas dapat dilihat bahwa barang jadi,  rata-rata baru dapat terjual setelah tersimpan didalam gudang selama 56  hari pada tahun 2011,  jauh lebih cepat dari tahun 2010 yang hanya 56 hari.

Ø  Inventory Turn over (Perputaran Persediaan)
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Inventory Turn Overnya adalah :
                                                                                    = 7,20 kali
                                                                                    = 6,41 kali
Berdasarkan perhitungan pada perhitungan tersebut Inventory Turn Over PT. Astra Otoparts Tbk pada tahun 2010 adalah sebesar 7,20x (berarti bahwa dana yang tertanam pada persediaan berputar sebanyak 7,20x dalam satu tahun) dan mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 0,79 x dari 7,20 x menjadi 6,41 x. Penurunan  pada tahun 2011 disebabkan karena meningkatnya rata-rata persediaan sebesar  Rp 247.047 yang tidak didukung dengan kenaikan beban pokok penjualan. keadaan ini sedikit berbahaya bagi perusahaan. Keadaan ini juga menunjukkan semakin menurunnya pengelolaan di perusahaan, karena semakin banyaknya persediaan yang ditunda atau di tahan digudang semakin besar biaya yang di keluarkan yang tidak sebanding dengan penerimaan.

Ø  Working Capital Turnover
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Working Capital Turnovernya adalah :
                                                                                                = 6,6  kali
                                                                                                = 11 kali
Dalam analisis diatas dapat dilihat bahwa barang jadi,  rata-rata kemampuan modal kerja pada tahun 20101adalah 11 kali sedangkan dibandingkan dengan tahun 2010 adalah 6,6 kali
3.      Rasio Solvabilitas.
Ø  Rasio Utang (Debt to Asset Ratio)
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Ratio utang (Debt ratio) nya adalah :


                                                                                    = 0,27 atau 27 %
                                                                                    = 0,32 atau 32 %
Artinya untuk tahun 2010 sebanyak 27 % dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman). Kemudian pada tahun 2011 sebanyak 32 % dari aktiva perusahaan didanai utang (modal pinjaman). keadaan tahun 2011 cukup lebih baik dari tahun 2010, karena  Semakin tinggi debt ratio menunjukkan perusahaan semakin beresiko. Karena Kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya semakin baik.
Ø  Debt to Equity Ratio
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Debt to Equity Rationya adalah :
                                                                                    = 0,36 atau 36 %
                                                                                    = 0,47 atau 47 %
Rasio ini menunjukkan bahwa pemberi pinjaman menyediakan 36 % pendanaan untuk setiap rupiah yang disediakan pemegang saham pada tahun 2010, sedangkan untuk tahun 2011 pemberi pinjaman menyediakan 47 % pendanaan untuk setiap rupiah yang disediakan pemegang saham. Ini artinya dari tahun 2009-2010 kegiatan perusahaan yang dibiayai oleh pinjaman semakin meningkat.
Ø  Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) nya adalah :
                                                                                    = 0,06 atau 6 %
                                                                                    = 0,07 atau 7 %
Perbandingan rasio ini dari tahun 2010 ke 2011 semakin meningkat, yaitu dari 6% menjadi 7 %. Ini artinya pembayaran utang jangka panjang dibandingkan modal sendiri juga semakin meningkat.
Ø  Current liabilities to Net Worth
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Current Liabilities to Net Worth nya adalah :
                                                                                                = 0,31 atau 31 %
                                                                                                = 0,40 atau 40 %
4.      Rasio Profitabilitas
Ø  Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) nya adalah :



Ø  Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) adalah sebagai berikut:
                                                                                    = 0,20 atau 20 %
                                                                                    = 0,14 atau 14 %
Net profit margin atau margin taba bersih adalah merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung biaya dan pajak penghasilan. Marjin ini menunjukkan perbandingan laba bersih dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. Dari analisis diatas diketahui bahwa net profit margin mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 14 % yang tadinya 20 % pada tahun 2010, menjadi 14,%. Ini artinya perusahaan mengalami kenaikan keuntungan penjualan setelah menghitung biaya dan pajak penghasilannya.
Ø  Return Of Assets (ROA)
                                                                        = 0,21 atau 21 %
                                                                        = 0,15 atau 15 %
Return of Assets PT. Astra Otoparts Tbk pada tahun 2010 adalah 0.12  ini artinya perusahaan mampu menghasilkan tingkat keuntungan 21 % dari total aktiva yang digunakan. Dan keadaan ini semakin menurun pada tahun 2011 yang menghasilkan 15 % laba dari total aktiva yang digunakan.
Ø  Return On Equity (ROE)
Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk. Return On Equity (ROE) adalah sebagai berikut:
                                                                                    = 0,29 atau 29 %
                                                                                    = 0,23 atau 23 %
Return on equity merupakan suatu pengukuran dan penghasilan yang tersedia bagi para pemihak maupun perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Sernakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik keadaan perusahaan. Dari analisis rasio mengalami kenaikan pada tahun 2011 sebesar  23 % yang tadinya 29 % pada tahun 2010 menjadi 23 % pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2011 perusahaan dapat mengelola modal dengan efektif dan efisien.





















KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap laporan keuangan PT. Astra Otoparts Tbk untuk tahun 2010 dan 2011 pada bab sebelumnya maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1.      Hasil analisis rasio likuiditas memperlihatkan bahwa PT Astra Otoparts Tbk dari tahun 2010 dan 2011 berada dalam posisi yang aman hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlalah kenaikan pada current ratio.
2.      Hasil analisis rasio aktivitas memperlihatkan bahwa PT Astra Otoparts Tbk dikatakan memiliki nilai yang baik. Hal terebut dapat dilihat karena adanya peningkatan penjualan setiap tahunnya, sehingga secara umum perusahaan dikatakan berhasil dalam meningkatkan pendapatannya juga.
3.       Hasil analisis rasio solvabilitas memperlihatkan bahwa PT Astra Otoparts Tbk dikatakan baik secara keseluruhan hal ini dapat disimpulkan karena perusahaan mampu membayar hutangnya dengan modal sendiri.
4.      Dilihat dari rasio profitabilitas pada PT Astra Otoparts Tbk

SARAN
Beberapa saran yang mungkin bermanfaat guna membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan dan dijadikan sebagai bhan pertimbangan di masa yang akan datang antara lain :
1.      Dilihat dari analisis rasio menunjukkan bahwa rasio keuangan PT Astra Otoparts Tbk cukup baik namun masih ada rasio yang harus diperbaiki. Untuk itu perusahaan diharapkan untuk tetap mempertahankan rasio-rasio yang mengalami peningkatan. Sedangkan untuk rasio yang mengalami penurunan perusahaan diharapkan untuk memperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan ini dan memperbaikinya. Untuk memperbaiki tingkat likuiditas misalnya perusahaan dapat melakukan beberapa cara menambah modal sendiri untuk menambah aktiva lancar, mengurangi hutang lancar dengan modal sendiri, atau mengurangi hutang lancar dengan cara mengubahnya menjadi hutang jangka panjang.
2.      Untuk meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan dapat melakukan bebeapa cara antara lain : berusaha meningkatkan penjualan serta mengusahakan pembayarannya dapat dilkukan dengan tempo yang lebih pendek.
3.      Untuk mempertahankan agar tetap solvable perusahaan harus mampu meningkatkan total aktiva dan laba serta mampu menekan biaya bunga
4.      Untuk meningkatkan aktivitas perusahaan harus meningkatkan perputaran persediaan, perputar piutang, dan perputaran aktiva tetap agar kinerja aktivitas perusahaan dapat ditingkatkan lebih baik.
5.      Dan ntuk meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih baik dari tahun ke tahun  perusahaan harus mampu mengelola keuangannya dan hendaknya ditekankan pada perbaikan struktur modal yang lebih menguntungkan

DAFTAR PUSTAKA
Jumingan. 2005. .Analisis Laporan Keuangan. Bandung : PT Bumi Aksara.
S. Munawir. 1997. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty
Kasmir.2003.Studi Kelayakan Bisnis.Jakarta:Kencana
S. Munawir. 1997. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty